Selasa, 23 Februari 2010

kematian

Sukma lenyap sekatika, tersangkut pada selendang angin yang terbang, katanya pada surga, tapi tak ada yang meyakinkan itu. atau telah ada kemiskinan yang akut pada masing-masing syahwat dan otakku. atau pula telah ada kongkalikong birahi dengan penghuni pohon beringin tua itu.

bergetar sekujur getar

Terciptanya sesuatu adalah dari sesuatu, kata langit waktu itu. entah apa karena tertidur dibuai cerita sedikit membosankan, semenjak orok hingga wajah terbajak waktu masih saja epitaf itu mengerikan. Bau tanah merah masih saja basah pada sepanjang ingatan.

Kosong memerah kosong

Hei, kupu-kupu telah gantung diri pada putik bunga, sebab ribuan serbuk telah menggugat pada udara. Tubuh sari telah ternoda, lalu kembali mati pada pangkuan indah. Tanah telah tanah, udara rasuki udara, air terhanyut air, api terbakar api.

Kematian telah terbunuh, mati

Kamis, 18 Februari 2010

Kenapa

Kenapa
bunga bunga ada duri
aku takut duri tusuki darah keluar kulit

kenapa
fajar mengajak embun
aku takut dingin bunuh diri pada cemara

itulah tanya yang aku ajukan berkalikali pada siapa saja yang mengerti, aku rasa!
pada peramal yang selalu meramalkan hal mustahil dan ambigu
pada pesulap yang menyimpan kelinci pada topi hitamnya
pada ibu yang selalu menangis didepan tungku
pada ayah yang mengiris nadinya siang hari
pada kekasih yang selalu menangis setiap ku hianati.
tak ada jawab,

kenapa
aku bertanya pada mereka
aku takut, tuhan!
tusuki diri bertubi-tubi