Selasa, 13 April 2010

Surat rindu untuk Nia

Teruntuk belahan jiwaku
fitrania

fajar yang kita pahat
telah melahirkan asmara
membias dari ujung gunung
sinar itu dari langit


Dinda..
telah satu bulan kita bercumbu di rindu, yang kita datangi dengan ikhlas
tapi aku tak tahu waktu yang kita tempuh akan mengikhlaskan semua.
apakah kabarmu disana? masihkah jejakku di tubuhmu terbekas dalam?

Dinda..
belahan jiwaku.. yang mendinginkan panas menyengat ini.
aku harap kau baik baik saja, begitu juga jejakku kau rawat indah di tubuhmu.
maafkan aku, dalam waktu dekat ini aku tak bisa pulang sekedar mengecup kening rembulanmu, maafkan aku yang tak seperti kebanyakan, mengantarmu belanja, menungguimu memasak, mengajakmu bercinta tiap malam, maaf, maaf.

Dinda..
apa kau senang dengan ini semua?, apa kau tentram dengan syukurmu itu? mudah mudahan selalu dan Allah menjadikan sholehah sabarmu akan aku.dinda, semalam aku tak sengaja nonton televisi dan kulihat sedang menayangkan profil presiden kita itu, sepertinya tak jauh beda dengan kita, dia meninggalkan istri tercinta beberapa hari setelah menikah demi tugas negara, hehehe.. aku masih ingat sms dari kamu itu "sama-sama jihadnya dengan sampean,insyaallah".
apa yang kau simpan dinda, apa yang kau peram.. hingga sabarmu mengalirkan airmataku yang sepi.

Dinda..
apa kabar mama? masihkah dia membuat kue kesukaanku?, ah.. mama selalu membuatkan aku bintang yang indah dan renyah.kau belajarlah sama mama, belajar memetik cakrawala dan saring dijaring ahlakmu, kau pilih sebagus bagusnya bintang itu,simpan untukku, agar jika aku pulang kau restui kecupan mesraku.

11 November 2009 jam 8:12

Dinda..
sungguh kata-kata rindumu menjadikan aku sepi,aku menjadi bahan tertawa malaikat-malaikat itu, "pemuda yang beristri serasa tak berbini" hehe.., tapi aku mengggapinya dengan senyum yang paling kau suka.Disini sering sekali mendung melanda,hati yang telah diperam rindu, kata angin.

Dinda..
sungguh rindu ini.. ah, tak pernah aku membayangkan sebelum-sebelumnya, rindu yang berbeda dari saat awal-awal kita merajut asmara dulu, rindu yang berbeda!.
Tanpa sadar aku datangi malikat itu, aku berbisik dari doa, pinjami aku sayapmu wahai yang maha taat agar aku bisa belai rambut istriku malam ini, atau kau perintah buraqmu membawaku pada kening istriku malam ini jua.

Dinda..
salamkan pada mama dan keluarga dirumah, aku begitu rindu pada mereka.Sampaikan pula pada hatimu yang sepi,hatiku kan datang menghiburmu.

Peluk dan sayang selalu untukmu.

malang.2009

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda